Isra Mikraj (I)


Pemerintah Indonesia menetapkan bahwa 8 Februari 2024 sebagai hari libur nasional untuk memperingati peristiwa Isra dan Mikraj. 8 Februari memang bertepatan dengan tanggal 27 Rajab tahun 1445 H. Namun bagaimanakah kisah Isra dan Mikraj? Kapan peristiwa itu terjadi? dan apa saja yang berkaitan dengan peristiwa tersebut?

Isra dan Mikraj adalah peristiwa sejarah yang agung bagi umat Islam. Secara etimologi Kata “Israإسراء)) berasal dari kata “surâ” yang berarti perjalanan sepanjang malam. Sedangkan kata “mi’râj” berarti tangga. Ia memiliki bentuk jamak معاريج dan معارج yang merupakan sinonim dari مصاعد (tempat naik). Secara terminologi, Isra didefinisikan sebagai perjalanan (di bumi) yang menjadikan nabi Muhammad saw. berpindah dari masjid Al-Haram ke masjid Al-Aqsa dengan menaiki burak. Sementara Mikraj didefinisikan sebagai perjalanan luhur. Dimulai dari masjid Al-Aqsa menuju ke atas hingga langit ke tujuh, tempat dimana goresan pena takdir bisa terdengar.

Mengenai kapan terjadinya peristiwa Isra dan Mikraj, para ulama memiliki pendapat yang beragam, baik hari, tangal, bulan, maupun tahun. Sebagian ulama mengatakan bahwa Isra dan Mikraj terjadi pada tanggal 27 Rajab sebagaimana yang telah masyhur di masyarakat. Pendapat ini dikemukakan oleh Syaikh Abdul Ghani Al-Maqdisiy penulis kitab “Umdah Al-Ahkam”. Namun sebagian mereka juga memiliki pandangan lain. Diantaranya adalah tanggal 17 dan 27 bulan Rabiul Awal, tanggal 29 Ramadan, tanggal 27 Rabiul Akhir.

begitu juga pendapat mengenai hari terjadinya Isra dan Mikraj. Para Ulama menyatakan peristiwa itu terjadi pada hari Jumat, Sabtu, dan Senin.

Adapun mengenai tahun, ulama bersepakat bahwa peristiwa Isra dan Mikraj terjadi setelah pulangnya Nabi Muhammad dari kota Thaif. Namun, mereka berselisih antara setahun, dua tahun, dan tiga tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Meski banyak perbedaan pendapat mengenai kapan peristiwa itu terjadi, namun Isra dan Mikraj adalah sesuatu yang nyata dan benar-benar terjadi. Perbedaan ulama di atas, disebabkan oleh perbedaan menghitung kalender saja.

Rasulullah melakukan perjalanan pada malam hari dari masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsa dengan mengendarai burak. Di sana, Rasulullah turun dan menjadi imam salat para nabi. Sementara itu, burak tertambat dengan sebuah lingkaran di pintu masjid. Setelah itu, Rasulullah naik ke langit dunia dengan ditemani malaikat Jibril. Di langit pertama, Rasulullah Muhammad melihat nabi Adam dan mengulukkan salam kepadanya. Nabi Adam pun menjawab, ia juga menyambut serta mengakui kenabian Muhammad. Selain bertemu nabi Adam, Rasulullah juga menyaksikan kondisi orang-orang  yang berbahagia di sisi kanan serta orang-orang yang menderita di sisi kiri.

Di langit kedua, Nabi Muhammad bertemu dengan nabi Yahya. Beliau mengucapkan salam, mendapat sambutan yang hangat, serta mendapat pengakuan atas kenabiannya. Begitu seterusnya, ketika beliau terus menaiki langit satu persatu dan bertemu dengan nabi-nabi lain. Di langit ketiga Rasulullah bertemu dengan nabi Yusuf. Di langit selanjutnya beliau bertemu dengan Nabi Idris. Nabi Harun di langit ke-5 dan nabi Musa di langit ke-6. Ketika bertemu nabi Musa, Rasulullah mendapati beliau sedang menangis. Ketika ditanyakan sebab beliau menangis, nabi Musa menjawab: “Aku menangis, karena seorang rasul yang diutus setelahku, umatnya lebih banyak masuk surga tinimbang umatku.”

Setelah bertemu dengan nabi Musa. Di langit ke-7, Rasulullah bertemu dengan nabi Ibrahim. Setelah itu beliau naik ke Sidratulmuntaha, kemudian naik ke Bait al-Ma’mur, lalu naik lagi untuk menghadap Allah SWT (penulis ingin menggaris bawahi bahwa Allah SWT memiliki sifat Mukhalafah li al-hawadits / berbeda dengan makhluk-Nya. Hal ini juga sekaligus menjadi klarifikasi bahwa meskipun menggunakan kata menghadap, bukan berarti Allah menerima sowan Nabi Muhammad sebagaimana raja menerima sowan rakyat atau tuan rumah menerima sowan tamu.) Alhasil,  Allah SWT mewajibkan 50 salat. Ketika Rasululah kembali, beliau bertemu dengan nabi Musa lagi,  menanyakan perintah apa yang diberikan kepada Nabi Muhammad. Beliau pun menjawab. Nabi Musa meminta agar Nabi Muhammad memohonkan rukhsah (keringanan)  untuk umatnya. Maka Nabi Muhammad pun kembali menghadap Allah Swt. Berulang-ulang kali sehingga kewajiban salat menjadi 5 kali saja. Ketika diminta untuk memohonkan rukhsah lagi, Nabi Muhammad menjawab: “Sungguh aku telah merasa malu kepada Tuhanku. Aku telah ridla dan menerima.”

 

 

Penulis: Burhanul Umam

Editor: M. Nur Iman Mundzir

 

 

Previous Post Next Post