Bagaimana Hakikat Seorang Talib? Seminar Pengenalan Khoritotul Ulum Berikan Jawaban

 


Alqamaru.org, Kairo—Mencari mutiara di dasar laut bukanlah hal mudah, apalagi jika dilakukan oleh seorang pemula. Jika tidak fokus, maka hal tersebut hanyalah wacana. Begitupun dengan ilmu. IKAMARU RAM berhasil melaksanakan acara khoritotul ulum pada Rabu, (31/1) di Rumah Gamik IKAMARU RAM, Gamik, Hay Asyir, Kairo. Acara ini ditujukan untuk semua anggota IKAMARU RAM, khususnya bagi mahasiswa baru.  Ketua IKAMARU RAM, Ahmad Farid,  menyampaikan sambutan dan ungkapan rasa terima kasihnya kepada peserta yang berkenan hadir dalam acara tersebut serta menyampaikan permintaan maaf jika ada hal-hal yang dirasa kurang dalam terselenggaranya acara.

Tujuan utama diadakannya acara Pengenalan Khoritotul Ulum adalah untuk memahami apa  yang seharusnya dicari oleh seorang talib, khususnya bagi mahasiswa baru Universitas Al-Azhar. “Kita adalah orang-orang terpilih untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar sebagai seorang talib. Sudah menjadi keharusan kita untuk mengetahui apa yang seharusnya dicari. Karena faktanya, tidak sedikit dari kita yang belum memahami hakikat talib dengan baik, banyak yang tidak fokus, dan tidak semua istikamah pada tujuannya”. Tutur Faza Azkia dalam sambutan awalnya sebagai pemateri acara Pengenalan Khoritotul Ulum.

Dalam acara ini, pemateri memaparkan peta ilmu keislaman dan metode mempelajarinya dengan baik. Mulai dari definisi ilmu,  pembagian ilmu, ilmu yang sebaiknya lebih dahulu dipelajari, siapa yang berhak menyandang predikat alim, hingga kitab-kitab rekomendasi dari tingkat awal hingga tingkat akhir berdasarkan beberapa disiplin ilmu agama.

Baca Juga: Gelar Upgrading Kepenulisan, Upaya IKAMARU RAM Masifkan Literasi

Dari sekian pembahasan, yang ingin ditekankan oleh pemateri adalah pembahasan siapa yang sebenarnya alim. Apakah orang yang mendapatkan pengetahuan dari quote bisa dikatakan alim? Apakah orang yang mendapatkan pengetahuan dari sosial media bisa dikatakan alim? Pada hakikatnya, mereka belum bisa dikatakan alim. Jika dengan hal-hal tersebut seseorang bisa memiliki predikat alim, maka semua orang adalah orang yang alim, dan jika semua orang alim, maka semua orang adalah ulama. Tentu hal ini tidak dapat dibenarkan.

Usai materi Pengenalan Khoritotul Ulum disampaikan, pemateri menyelipkan cerita  singkat tentang sejarah Universitas Al-Azhar. Pemateri ingin mengenalkan lembaga Al-Azhar dan mengenalkan khazanah keilmuan yang ada di dalamnya. Harapannya, peserta bisa menentukan apa yang sebenarnya dituju, jami’ atau jami’atan. Dikatakan jami’ karena dulunya Al-Azhar adalah sebuah masjid yang menjadi tempat salat sekaligus tempat mengkaji berbagai ilmu pengetahuan. Seiring berkembangnya zaman, Al-Azhar kemudian berkembang menjadi universitas atau jami’atan dengan berbagai disiplin ilmu dan sistem yang lebih tertata di dalamnya.

Terakhir, Faza Azkia sebagai pemateri memberikan tips-tips menjadi seorang talib yang hakiki dan memberikan beberapa kata mutiara, diantaranya berbunyi:

 “العلم لا يعطيك بعضه حتى تعطي كله”  
ilmu tidak akan memberikan sepeserpun hingga kau memberikan seluruhnya.

Beliau juga mengucapkan terimakasih kepada peserta yang hadir atas terselenggaranya acara Pengenalan Khoritotul Ulum ini yang sebelumnya sempat tertunda.

 

Pewarta: Hikmatul Aula 

Editor: Farah

Previous Post Next Post