KAIRO – Rabu (15/12) menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh anggota Ikamaru Mesir. Pasalnya di tanggal tersebut, digelar acara yang bertajuk Silaturahmi Bersama Drs. KH. M. Najib Suyuthi M.Ag; Pengasuh pondok pesantren Raudlatul Ulum Guyangan, Trangkil, Pati.
Acara ini digelar dua hari setelah kedatangan beliau di Bumi Kinanah.
Kedatangan beliau ke Mesir kali ini bertujuan untuk memperbarui syahadah
Mu’adalah (sertifikat akreditasi) dari Al-Azhar sekaligus menjenguk
santri-santrinya di negeri yang jauh ini.
Acara silaturahmi dimulai pukul 17.00 WLK dengan
lantunan selawat oleh grup rebana Al-Madani yang
berada dalam naungan Ikamaru Mesir. Kiai Najib
sekeluarga hadir di Aula Daha KMJ,
Distrik 9, Kota Nasr beberapa saat setelah Salat Maghrib. Kedatangan beliau disambut dengan lantunan shalawat
Badr. Seluruh hadirin turut berdiri tanda takzim kepada beliau. Kemudian Muhammad
Nur Iman selaku ketua Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) tampak mempersilakan
beliau
untuk duduk di sofa. Namun beliau dengan ketawadukannya justru memilih
duduk lesehan setara dengan para santri dan meminta mereka
untuk duduk mendekat.
Ketua Ikamaru Mesir, M. Husnil Huda menyampaikan sambutannya
dengan menyampaikan
prestasi yang diraih oleh anggota Ikamaru
Mesir. Setelah itu, tibalah
saat Kiai Najib meberikan nasehat
dan arahan
kepada santri-santrinya, Ikamaru Mesir.
Kiai Najib membuka nasehatnya dengan menyatakan rasa syukur,
cinta dan bangga beliau terhadap santri-santrinya
yang tengah belajar di Al-Azhar. Kemudian beliau melanjutkannya dengan cerita bagaimana
santri Raudlatul Ulum dapat belajar di Al-Azhar.
Beliau bercerita bahwa Adalah beliau sendiri yang menjadi santri pertama
yang mbabat alas
untuk melanjutkan studi di Al-Azhar, pada tahun 1991. Berawal dari sanalah santri Raudlatul Ulum bisa mendapat beasiswa untuk
belajar di Al-Azhar. Beliau menambahkan “Puncaknya itu tahun 96, waktu itu ada
sekitar enam
santri yang dapat beasiswa Al-Azhar, itu semua perjuangan saya.”
Setelah bercerita mengenai kenangan dan sejarah santri
Raudlatul Ulum yang belajar
di Al-Azhar, beliau menekankan nasehatnya supaya setiap
anggota Ikamaru Mesir menanamkan rasa cinta
terhadap Al-Azhar. Beliau menuturkan “Cintailah
Al-Azhar! Cintailah
ulamanya! Kalau
kamu ingin
anakmu jadi orang alim, cintailah orang alim!” Beliau lalu mewanti-wanti agar santri-santrinya tidak terkena afat
nantinya sebab membenci almamater dan ulama-ulamanya.
Beliau melanjutkan dengan bercerita mengenai pesatnya
perkembangan pesantren. Mulai dari perkembangan infrastruktur pesantren,
Rumah Sakit As-Suyuthiyyah, hingga prestasi santri-santri
Raudlatul Ulum dalam lintas
bidang. Beliau juga mengingatkan bahwa Raudlatul Ulum tidak pernah meminta
sumbangan. jadi
jika ada oknum yang
mengatasnamakan Raudlatul Ulum atau santri Mbah Suyuthi, itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan yayasan.
Kemudian beliau memotivasi setiap
Ikamaru Mesir agar terus giat belajar. Beliau berkata “Ngajio sing pinter,
luweh pinter tinimbang aku. Aku seneng nek anakku ngungkuli aku, Aku kepingin anakku matihahi aku.” Terakhir, beliau juga mendorong hadirin
supaya terus berkarya dan aktif
di berbagai organisasi “Bagus kalau santri Raudlatul Ulum aktif di
mana-mana. Ada di mana-mana tapi jangan kemana-mana!”
Selepas Kiai Najib mengucap salam penutupan, kami berfoto dengan
beliau sekeluarga. Akhirnya,
acara silaturahmi ditutup dengan ramah-tamah dengan diiringi selawat ma’hadi yang membuat hadirin bernostalgia
semasa nyantri di
pondok Pesantren Raudlatul Ulum.
Reporter: M. Burhanul Umam