Sejarah Bukan Sekedar Dongeng Membosankan


Selama kurang lebih 15 tahun menempuh pendidikan formal, beberapa mata pelajaran yang telah dipelajari memantik pertanyaan fundamental penulis. Salah satunya “sebenarnya mempelajari pelajaran ini penting nggak sih?”, dalam hal ini perhatian utama penulis tertuju pada mata pelajaran sejarah. Apalagi notabene pelajar yang berjurusan IPA, pelajaran sejarah hanya diajarkan sebagai pelengkap kurikulum semata. Diakui atau tidak, para guru yang ditugaskan mengajar sejarah pun mengiyakan hal tersebut.

Dalam mata pelajaran sejarah, seolah-olah sejarah jauh dari sekeliling kita. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan realitas yang penulis temukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam masyarakat setempat, sejarah justru erat dengan kehidupan kita baik secara personal maupun dalam lingkup sosial.

Ketika bercengkrama dengan sesepuh yang ada di punden desa misalnya. Para sesepuh akan teasa senang apabila ditanyai mengenai kisah-kisah orang terdahulu dan kejadian-kejadian masa lalu, baik terkait dengan mereka ataupun tidak. Bahkan terkadang mereka justru yang berinisiatif bercerita tanpa ditanyai. Sedari itu, gambaran realitas yang ada di benak penulis mengenai sejarah yang telah dipelajari menjadi berubah. Sejarah tak hanya mengenai kejadian semata, namun juga mengajarkan lebih dari itu.

Belajar dari kesalahan masa lalu

Mereka yang tidak bisa mengingat masa lalu ditakdirkan untuk mengulanginya.”

Kutipan George Satanana adalah salah satu kutipan akademis yang paling banyak dikutip dan diparafrasakan. Dan itu menjelaskan dengan sempurna mengapa setiap orang harus mempelajari sejarah. Masa lalu penuh dengan tanda-tanda peringatan. Kita harus bisa memikirkan dan memperhatikan kejadian-kejadian masa lalu yang membentuk suatu kejadian hingga terjadi di masa sekarang.

Lantas, apakah kita melihat pola serupa pada masa lalu yang muncul di masa sekarang? Artinya, dengan mempelajari sejarah, kita akan dapat mengidentifikasi kapan diri kita atau masyarakat sedang menempuh jalan yang berbahaya dan membantu melihat kembali ke jalur yang lebih baik. Orang bijak pernah berkata bahwa sejarah mampu mempediksi masa yang akan datang.

Refleksi mengenali diri sendiri lebih dalam

Dalam mengenali diri sendiri misalkan, nyatanya kita sendiri haus akan pertanyaan konyol seperti halnya pertanyaan kepada orang tua sewaktu kecil. “Bapak bisa menikah dengan ibu dulu gimana ?”, “Buk, apakah benar kalau kakek Darmo merupakan pendiri Pondok pesantren Ar-Raudlah?”. Hal ini merupakan Insting naluri manusia yang ingin mengetahui kisah orang tua terdahulunya. Artinya hal ini membuktikan bahwa sejarah dekat dengan hal-hal yang berkaitan erat dengan kita. Dan bagaimanapun itu, kita pasti ingin tahu hal apa saja yang membentuk diri kita.

Dari pertanyaan-pertanyaan kecil seperti itu kemudian bertahap kepada pertanyaan yang lebih besar dan fundamental.  Seperti bagaimana sebenarnya manusia berasal, bagaimana pola pikir kita bisa terbentuk, kenapa manusia terpisah-pisah secara ras, bagaimana agama ada, apa fungsi dari sebuah agama. Dengan adanya pertanyaan-pertanyaan seperti itu, sedikit demi sedikit akan membawa kita menuju pengetahuan yang baru, kita akan mengetahui  hakikat diri sendiri, dan memahami akan hakikat hidup beserta penyikapannya.

Manusia tidak akan bisa memahami dirinya dan masa sekarang tanpa memahami masa lampau terlebih dulu. Dengan mengetahui masa lalu, akan membawa manusia kepada pengetahuan yang lebih dalam. Dengan mempelajari masa lalu juga bisa membantu menfokuskan penilaian terhadap diri sendiri, melihat kekurangan dalam dirinya dan mempelajari kelebihan orang lain. Dari hal ini dapat dijadikan sebagai parameter untuk menciptakan jiwa yang kompetitif, dan menjadikan standar berperilaku dalam bermasyarakat. Sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam al-Quran dan Hadis.

Melihat peristiwa dengan sudut pandang lebih luas

Sejarah ditulis oleh mereka yang menang”.

Kalimat yang sering kita dengar ini memang benar adanya. Karena sering kali sejarah yang telah diceritakan dan kita baca disampaikan secara tak utuh. Sejarah hanya tersampaikan dengan sudut pandang mereka yang punya akses dan punya kuasa untuk mempublikasikan sejarah. Akibatnya, sejarah menjadi terkesan membosankan karena hanya menceritakan dari satu sudut pandang semata.

Yang perlu dipahami adalah suatu peristiwa terjadi dan dialami bukan hanya oleh segilintir kelompok orang saja, namun dari berbagai macam golongan. Oleh sebab itu kita dapat mengekploitasi lebih dalam lagi berbagai macam peristiwa terdahulu dari sudut pandang yang berbeda-beda. Agar mampu melihat secara utuh gambaran suatu peristiwa dan tak hanya menyimpulkanya melalui satu sudut pandang. Kita bisa mengambil pelajaran lebih baik untuk kehidupan masa datang.

Penulis: Wafa Hammany

Previous Post Next Post