Kompleks Qalawun, Permata Syari' Muiz


Selain menjadi mercusuar keilmuan Islam dengan Al-Azharnya, Mesir juga terkenal sebagai pusat peradaban Islam pada masanya. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya peninggalan-peninggalan kejayaan Islam pada masa lalu yang terhampar di Kota Kairo. Salah satu kawasan yang paling tersohor adalah Syari' Muiz li dinillah. Di sana, terdapat banyak bangunan peninggalan Islam yang masih berdiri kokoh nan megah. Diantara bangunan yang paling masyhur yaitu Kompleks Sultan Al-Manshur Qalawun.

Kompleks Sultan Al-Manshur Qalawun adalah sebuah kompleks bangunan yang didirikan oleh Sultan Al-Manshur Qalawun, salah satu sultan Dinasti Mamalik Bahriyyah. Kompleks ini mulai dibangun pada bulan Rabiul Awal tahun 682 H./1283 M. sampai tahun 683 H/1284 M., memakan waktu kurang lebih sekitar 14 bulan. Kompleks Qalawun ini terletak di sisi barat laut Syari’ Muiz li Dinillah, Gamaliya, Kairo yang dulu dikenal dengan Asy-Syari’ baina al-Qashrain (jalan di antara dua istana).

Dahulu, kompleks ini merupakan salah satu aula istana yang disebut dengan Aula Sittu Malik, putri khalifah Dinasti Fatimiyah, Al-Aziz Billah. Pada masa Dinasti Ayyubiyyah, aula ini dikenal sebagai Dar Amir[1] Fakhruddin Jaharkis, lalu menjadi Dar Amir Izzuddin Musk dan kemudian dinisbatkan kepada Amir Al-Malik Al-Mufadldlal Quthbuddin Ahmad bin Al-Malik Al-Adil Abu Bakar bin Ayyub menjadi Dar Al-Quthbiyyah. Dari situ kemudian diwariskan ke anak cucunya, sampai akhirnya Sultan Qalawun mengambilnya dari Mu’nisah Khatun, putri Al-Malik Al-Adil Abu Bakar bin Ayyub dan ditukar dengan Istana Zamrad di Bab Al-‘Id pada tahun 682H/1283 M. Sultan Qalawun pun berencana untuk membangunnya menjadi kompleks Sultan Qalawun.

Pada hakikatnya, banyak bangunan yang didirikan oleh Sultan Qalawun, namun bangunan yang tersisa hingga saat ini hanya tiga bangunan pokok saja. Di antaranya adalah Kubah Manshuriyyah, Madrasah dan Bimaristan. Adapun beberapa bangunan yang hilang di antaranya adalah kolam air untuk hewan tunggangan, kamar mandi khusus pria, Maktab Sabil[2] dan Qaisariyah[3].

Kompleks ini terbagi menjadi dua bagian kanan dan kiri pintu masuk. Di sebelah kiri pintu masuk ini (arah bab Az-Zuwailah) terdapat bangunan Madrasah Al-Manshur Qalawun. Adapun sebelah kanan pintu masuk (arah bab An-Nasr) terdapat bangunan berkubah besar. Pintu masuk ini berbentuk portal melengkung dengan lorong memanjang ke belakang menuju Bimaristan. Di lorong ini terdapat beberapa pintu yang menghubungkan kepada dua bagian bangunan di atas. Konon, kompleks Sultan Al-Manshur Qalawun ini merupakan bangunan paling megah di Kairo. Tak heran jika para sejarawan menyebut kompleks ini dengan julukan Lu'lu’ Syari' Muiz.

Struktur eksterior kompleks Qalawun memiliki banyak keunikan yang pertama kalinya ada dalam arsitektur Mamalik. Kompleks Sultan Qalawun ini disebut sebagai contoh pertama penataan estetika kota (Urban aesthetic) dalam arsitektur Mamalik. Bentuk estetika ini bisa dilihat dari tata letak madrasah dan kubah yang saling berhubungan. Menara tidak melekat pada madrasah tetapi pada bangunan kubah. Menara tersebut juga tidak berada di dekat pintu masuk bangunan, seperti kebiasaan pada masa itu.

Kubah Manshuriyyah dan Mausoleum



Kubah Sultan Al-Manshur Qalawun mulai dibangun pada bulan Syawal tahun 683 H. dan selesai pada bulan Safar tahun 684 H. Kubah ini merupakan kubah paling besar dan megah yang pernah ada di Mesir. Bahkan, Kubah Sultan Al-Manshur Qalawun dianggap sebagai kubah terindah setelah Taj Mahal di India.

Kubah ini memiliki dua pintu masuk di sisi kanan lorong pintu masuk utama. Pintu pertama langsung ke dalam kubah dan pintu satunya yang masih digunakan sampai sekarang menuju sebuah ruangan sebelum bangunan kubah. Arsitektur kubah sangat indah dengan hiasan marmer berwarna-warni dan kayu yang tersepuh emas. Kubah ini ditopang dengan pilar-pilar yang terbuat dari granit merah. Konon, pilar-pilar tersebut diambil dari kuil bangsa Mesir kuno. Tembok-tembok di sekitar kubah juga dilapisi dengan granit yang berwarna-warni.

Di bawah kubah ini terdapat makam Al-Manshur Qalawun, anaknya, An-Nasir Muhammad Qalawun dan cucunya, Al-Malik Al-Shalih Ismail bin Muhammad bin Qalawun. Di atas kuburan mereka disusun batu marmer sebanyak dua tingkat. Susunan marmer ini menjadi alas sebuah peti kayu yang diukir dengan dua khath, kufi dan naskhi. Kemudian susunan marmer dan peti tersebut dikelilingi oleh sekat kayu yang dihiasi pula dengan ukiran dan tulisan. Dengan adanya sekat ini menjadikan seolah-olah area yang dikelilinginya adalah sebuah ruangan terpisah di tengah-tengah bangunan kubah. Sekat ini dibuat atas perintah Sultan An-Nashir Muhammad bin Qalawun saat beliau masih hidup.



Perlu diketahui bahwa bangunan ini aslinya tidak dibangun sebagai kubah mausoleum Sang Sultan. Dulunya, tempat itu digunakan sebagai masjid dan madrasah. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa profesi yang ditugaskan di sana, yaitu lima puluh pembaca Al-Quran, seorang imam bermadzhab Hanafi, enam orang muazin dan satu orang sebagai pemimpinnya, seorang guru tafsir dan tiga puluh muridnya, guru hadis dan asisten guru serta para muridnya dan para pembaca hadis. Semuanya digaji oleh Sultan.

Karena itu saat Sultan Qalawun meninggal pada tanggal 6 Dzulqa’dah tahun 689 H/1290 M, dia tidak langsung dikuburkan di kubah ini, melainkan disemayamkan di kastil kerajaan kurang lebih selama 2 bulan. Itu karena di sana memang tidak ada tempat yang dipersiapkan dari awal sebagai liang lahat. Kemudian setelah mausoleum selesai dibuat jasad beliau baru dipindahkan dari kastil ke bawah kubah atas perintah Sultan Al-Asyraf Khalil pada tanggal 2 atau 10 Muharram 690 H./1291 M.

Madrasah Al-Manshur Qalawun



Madrasah Al-Manshur Qalawun mulai dibangun dari bulan Safar sampai Jumadil Awal tahun 684 H. Madrasah ini merupakan salah satu madrasah paling megah pada zaman Dinasti Mamalik yang dibangun di Kairo. Megah dari segi perencanaan arsitekturnya, terutama tata letak aula yang tidak sering terulang dalam arsitektur Islam di Mesir, ataupun dari segi keragaman dan keakuratan dekorasi marmernya.

Seiring berjalannya waktu, madrasah ini telah mengalami banyak perubahan dan renovasi, sehingga membuatnya kehilangan karakter arsitektural dan dekoratif aslinya. Akan tetapi dengan ditemukannya dokumen wakaf bangunan yang mencakup rincian arsitektur madrasah kita bisa menggambarkan ulang kemegahannya sama seperti saat pertama kali dibangun.

Ada dua pintu menuju madrasah. Pintu asli menuju madrasah berada di ujung tembok lorong pintu masuk utama sebelah kiri. Setelah memasuki pintu ini terdapat lobi kecil, di kanannya jendela yang tertutup, di depannya jendela ke sebuah aula besar yang berhadapan dengan aula kiblat dan di sebelah kiri ada pintu menuju lorong. Di akhir lorong ini terdapat dua pintu, jika lurus mengarah ke halaman tengah madrasah dan jika ke kiri akan menemui tangga menuju perumahan lantai atas para siswa. Sayangnya tangga menuju perumahan lantai atas tadi sudah runtuh dan tidak dibangun lagi.

Madrasah terdiri dari lima bagian utama: dua aula besar, yaitu aula kiblat yang berada dekat syari’ muiz dan aula belakang yang keduanya saling berhadapan, halaman tengah yang memisahkan dua aula tersebut dan dua aula kecil di kedua sisi lain halaman. Terkadang dua aula kecil ini disebut shuffah (tempat yang ternaungi atap) sebab ukurannya yang kecil.

Di tengah halaman terdapat kolam. Di aula kiblat terdapat mihrab dan sebuah mimbar. Namun mimbar tersebut tidak berasal dari masa yang sama dengan masa pembangunan, akan tetapi ditambahkan oleh Amir Azbak bin Thathakh pada tahun 889 H./1494 M. Di sebelah kanan dan kiri mulut aula belakang terdapat pintu. Pintu kanan menyambung ke lorong lobi pintu masuk asli yang telah disebutkan. Adapun pintu kiri sekarang menuju ke sebuah tempat wudlu baru.



Di tengah aula kecil  yang menempel dengan lorong utama terdapat sebuah jendela mengarah ke lorong utama. Jendela tersebut sekarang diubah menjadi pintu masuk ke kawasan madrasah menggantikan pintu masuk asli yang sebelumnya. Di sebelah kanan dan kiri mulut aula ada enam buah pintu yang masing-masing menuju kamar tempat tinggal Fuqaha’. Dulunya lantai atas sisi kanan madrasah ini yang terdiri dari tiga lantai ini merupakan perumahan yang bisa diakses lewat tangga di pintu kiri dari lorong lobi masuk. Namun tangga tersebut sudah tidak ada lagi seperti yang sudah dijelaskan.

Bagian terakhir, yaitu aula kecil sebelah kiri, telah berubah total dari bentuk aslinya. Dahulu dia memiliki rupa yang sama dengan aula kecil satunya. Sekarang ia digantikan dengan aula panjang dengan dua tiang penyanggah berjajar sesuai panjang bangunan. Perumahan para Fuqaha’ di atas aula kiri ini yang berjumlah 27 rumah di tiga lantai telah hilang. Dari enam pintu yang seharusnya ada, hanya tersisa dua pintu dekat aula kiblat. Salah satunya adalah pintu kamar dan satunya pintu rahasia madrasah. Pintu itu menuju qaisariyyah yang sekarang dibuat menjadi jalan ke rumah sakit Qalawun Ar-Ramdi.

Konon, pilar-pilar penyangga bangunan madrasah banyak yang diambil dari gereja-gereja bangsa Al-Qibtiyyah (Koptik) dan kuil-kuil bangsa Romawi setelah diruntuhkan. Di Madrasah ini mempelajari empat imam mazhab syariat Islam. Selain itu, madrasah ini juga mempelajari Hadits dan ilmu kedokteran.

Bimaristan



Bimaristan atau Maristan berasal dari bahasa Persia yang artinya tempat orang sakit atau rumah sakit. Bimaristan Sultan Qalawun mulai didirikan pada bulan Rabiul Akhir sampai bulan Syawal tahun 683 H. Bangunan ini awalnya terdiri dari satu bangunan besar dan empat bangunan terpisah, dapur dan perumahan. Bangunan besar tadi terdiri dari halaman tengah yang dikelilingi empat aula yang berhadap-hadapan. Sayangnya sebagian besar bangunan bimaristan telah hilang dan hanya menyisakan tiga aula dari bangunan besarnya.

Meski tidak terlihat dari Syari’ Muiz, rumah sakit ini pernah berdiri sebagai rumah sakit paling mewah dan mengesankan pada masanya. Rumah sakit tersebut menawarkan banyak fasilitas untuk orang sakit dan miskin seperti perawatan medis, obat-obatan, tempat tinggal, makanan dan pakaian. Di sana juga memproduksi obat-obatan untuk perawatan medis, sebagai tempat penelitian dan juga pengajaran. Bimaristan ini bisa mengobati berbagai macam penyakit seperti sakit mata,  sakit perut, gangguan jiwa dan kecacatan. Para pasien menetap di sana hingga sembuh atau meninggal dunia.

Bimaristan ini adalah sebab pembangunan keseluruhan kompleks Sultan Qalawun. Al-Maqrizi dalam kitab Khitath-nya menyebutkan sebab didirikannya Bimaristan ini. Suatu ketika, Sultan Qalawun memerintahkan suatu perkara atas kehendaknya sendiri yang membuat rakyat menentangnya, bahkan sampai mencaci maki dan merajam budak-budak kerajaan. Hal tersebut sontak menyulut kemarahan Sultan Qalawun yang membuatnya memerintah budak-budak itu untuk membunuh semua rakyat yang mereka temui. Pembunuhan pun berlangsung selama tiga hari berturut-turut dan memakan korban yang tak terhitung jumlahnya. Banyak orang-orang tak bersalah yang kehilangan nyawanya.

Ketika pembunuhan ini semakin merajalela, para hakim dan alim ulama pun datang menasehati sang Sultan untuk menghentikan pembunuhan ini. Akhirnya Sultan Qalawun menyesali perbuatannya. Sebagian ulama juga menasehatinya untuk melakukan suatu kebaikan demi menebus dosa yang telah diperbuatnya. Dan akhirnya, Sultan membangun rumah sakit ini.

Disebutkan juga dalam sumber lain, bahwa bangunan ini merupakan janji nazar Al-Manshur Qalawun ketika dia berada di Syam dan saat itu dia masih seorang amir. Di Damaskus dia terkena penyakit yang membuatnya sulit berak dan kentut. Dia diobati dengan obat yang diambil dari bimaristan Nuruddin Mahmud yang terkenal. Setelah sembuh dia mengunjungi bimaristan tersebut dan kagum dengan bangunannya. Lantas dia bernazar jika Allah menjadikannya penguasa Mesir dia akan membangun sebuah bimaristan di sana. Pada tahun 1915 M, Kementrian Waqaf Mesir membangun Rumah Sakit spesialis mata di salah satu bagian bangunan bekas rumah sakit Qalawun.



[1] Amir adalah letnan kolonel pasukan kavaleri. Setiap amir punya tingkatan sesuai jumlah pasukannya.

[2] Al-Maqra’ah atau Al-Kuttab atau Al-Maktab adalah tempat dasar untuk mengajar pemuda muslim menghafal Al-Quran dan prinsip-prinsip membaca dan menulis. Sabil adalah wakaf pengairan air bagi orang-orang yang lewat secara cuma-cuma karena menginginkan pahala. Biasanya disertakan dengan bangunan lain, seperti masjid atau madrasah.

[3] Pasar di kota-kota kuno dimana komoditas seperti baju, kerajinan perak dan tembaga, dan karpet dijual di sana.

Hasil Diskusi I Ruang Sejarah IKAMARU RAM. Ahad, 20 November 2022

Notulis: A. Nasi'in Najib

Editor: A. Arsyi Ramadan

Previous Post Next Post